Friday, November 4, 2011

deteksi berahi


DETEKSI BERAHI


Deteksi berahi sebaiknya dilakukan 3 kali sehari (pagi, siang, dan sore). Deteksi berahi bisa dilakukan dengan sistem aktif (Inseminator yang melakukan), semi aktif (ada kotak pos IB tempat memasukkan kartu ternak yang sedang berahi dan dibarengi dengan menaikkan bendera ungu), dan pasif (kalau peternak yang melakukan deteksi berahi). Sebaiknya diambil kesepakatan dan disarankan peternak yang mendeteksi berahi (pasif).
Cara deteksi berahi dengan sistem pasif, peternak harus segera melaporkan kepada fuseminator setelah tampak gejala berahi.
Gejala berahi dikenal dengan istilah 3A+/3B+/3m+/dot. Artinya vulva bengkak, merah, dan basah (ada lendir transparan menggantung atau keluar dari vulva). Tanda (+) menunjukkan gejala naik-menaiki temannya (Sesama betina) atau diam bila dinaiki pejantan, mengangkat-angkat ekornya, kurang nafsu makan, sering menguak, dan bila dipalpasi rektal serviks akan membuka.





Gambar anatomi organ reproduksi betina :

inseminator 
























Anatomi organ reproduksi betina (lihat gambar 5-1) terdiri atas :
1.       Ovarium (kiri dan kanan) yang berfungsi untuk menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon (FSH, LH, Estrogen, Progesteron, dan Relaksin)
2.       Tuba Fallopii (oviduk) sebagai tempat pembuahan (Fertilisasi)
3.       Uterus yang terdiri atas 2 bagian yaitu Corpus (Badan) uteri dan Cornua (tanduk) uteri. Uterus berfungsi sebagai tempat memelihara Fetus (anak dalam kandungan), menghasilkan hormon Progesteron dan Prostaglandin, dan tempat deposisi (menyemprotkan) semen pada pangkal korpus uteri (posisi-4) dengan cara IB.
4.       Cervix yang terdiri atas 3 lipatan (posisi-1, 2, dan 3) berfungsi untuk membuka pada waktu berahi (estrus) atau mau melahirkan, menghasilkan lendir berahi yang transpran (tembus-terang = jernih), dan menutup kalau tidak berahi atau bunting.
5.       Vagina yang berfungsi sebagai tempat menampung semen dengan cara kawin alam.
6.       Vulva sebagai tempat mengarahkan penis pada waktu kawin alam atau Gun inseminasi waktu melakukan IB.
7.       Klitoris yang identik dengan penis pada jantan sebagai perangsang dalam pelaksanaan perkawinan.









WAKTU  IB


Berdasarkan teori, waktu terbaik untuk melakukan IB adalah pertengahan sampai 6 jam setelah akhir berahi (9-24 jam setelah munculnya gejala berahi). Dengan catatan lama berahi (pada sapi) 18 jam dan siklus berahi / jarak antara berahi dengan berahi berikutnya rata-rata 21 hari (18-24 hari).

Secara praktis IB dilakukan seperti berikut :

Ternak

Berahi
Waktu IB
Sapi
-

Pagi

-
Siang

-
Siang
-
Sore

-
Sore
-

Esok paginya





 

Kerbau
-

Pagi

-

Esok paginya


-
Siang
-

Esok Siangnya


-
Sore
-

Esok Sorenya


Pelaksanaan IB yang ceroboh tidak akan menghasilkan kebuntingan sehingga akan merugikan waktu (menunda kebuntingan), tenaga, biaya, bahkan merusak alat reproduksi betina akseptor sehingga terjadi endometritis, menularkan penyakit veneris, menyebabkan keguguran pada betina bunting, dan angka konsepsi rendah.



PENANGANAN MANI BEKU


Mani beku sebaiknya disimpan dalam konteiner LNG (bejana) yang selalu penuh dengan N2 cair. Kalau mani beku berada dalam konteiner depo sebaiknya dipindahkan segera ke dalam konteiner LNG (isi 30 liter N2 cair) supaya konteiner depo hanya sebagai tempat penyimpanan N2 cair. Pemindahan mani beku dari konteiner ke konteiner lainnya harus cepat dan kalau dipindahkan/dimasukkan ke dalam termos IB, kanister hanya sampai batas leher konteiner dan dalam termos IB yang sudah diisi penuh N2 cair lebih dahulu baru diisi straw sesuai dengan jumlah betina yang dilaporkan berahi dan jika ada straw yang sisa dalam termos IB, maka straw yang sisa tidak boleh dikembalikan ke dalam konteiner.
Di setiap lokasi IB sebaiknya terdapat 2 konteiner LNG, satu berisi N2 cair dan bibit N2 cair untuk diisikan pada konteiner yang ada bibit (straw) bila N2 cair di dalamnya sudah berkurang, dan dibawa ke tempat pengisian N2 cair. Konteiner LNG yang ada bibit sebaiknya diukur N2 cairnya setiap 2 minggu dan tidak boleh N2 cair kurang dari ukuran ½ konteiner. Kalau ada konteiner lapangan (isi 4-5 i N2 cair) sebaiknya diisi N2 cair setiap 4 hari, tergantung pemakaiannya maka sebaiknya diisi N2 cair setiap hari sampai penuh.

TEKNIK IB DENGAN  MANI BEKU


1.        Kalau ada betina yang dilaporkan berahi dan sudah saatnya di IB sesuai dengan jadwal atau aturan tersebut di atas, maka sapi tersebut dimasukkan ke dalam kandang jepit.
2.        Ambil sarung tangan plastik dan pasang di tangan kiri kemudian tangan kiri tersebut dimasukkan ke dalam rektum setelah diberi sabun untuk mengeluarkan feses (kotoran) yang ada di dalamnya dan periksa apakah serviks membuka (benar berahi) pakai baju dan sepati lapangan kalau ada.
3.        Kalau memang berahi, siapkan ember yang berisi air dingin yang bersih, gun IB, pinset, gunting, tissu, handuk kecil, plastik sheat satu buah dikeluarkan dari bungkusnya sebatas warna hijau, dan termos IB yang berisi bibit dan penuh N2 cair.
4.        Ambil bibit (Straw) dari thermos dengan pinset sesuai bibit yang diinginkan/lihat catatan warna straw dan lakukan thawing 10 detik dalam ember yang berisi air dingin yang bersih.
5.        Straw dilap dengan tissu, masukkan segera ke dalam gun IB dengan posisi straw yang dipress sebelah atas gun IB, kemudian gunting ujung straw yanng dipress, bungkus gun Ib dengan plastik sheat, dan eratkan dengan cincin gun IB.
6.        Gun IB digigit karena tangan kanan memberi sabun pada tangan kiri yang ada sarung tangan plastik, menempatkan ekor di atas tangan kiri pada sebelah kanan, dan mengambil tissu untuk melap vulva dari atas ke bawah.
7.        Masukkan gun IB ke dalam alat reproduksi betina dan semprotkan (deposisikan) semen pada posisi-4 sejak Thawing hingga saat semen disemprotkan berlangsung 2 menit dan paling lama 5 menit.
8.        Tarik gun Ib secara perlahan dan serviks diangkat sedikit supaya semen yang disemprotkan tadi tidak tumpah keluar.
9.        Buang plastik sheat (satu kali pakai) dan straw diambil dan catat semua tulisan yang ada pada straw. Lanjutkan IB kalau masih ada laporan berahi di tempat lain hari itu.
10.    Isi catatan (recording) buku harian Inseminator dan buat laporan secara berjenjang (PKB, ATR, Dinas Kabupaten dan Dinas Propinsi).
11.    Setelah IB, 18-24 hari kemudian dicek kembali apakah sapi itu masih berahi atau tidak. Kalau berahi, IB kembali dan kalau tidak berahi, kemungkinan bunting. Tiga kali dicek setiap 18-24 hari. kalau sudah tiga kali di IB tidak bunting, lapor kepada ATR (Dokter hewan setempat) dan kalau tiga kali 18-14 hari tidak berahi lagi, lapor kepaa PKB untuk diperiksa kebuntinganya.

PRAKTEK


Materi praktek hari pertama adalah mengenal alat kelamin betina yang diambil dari RPH, kemudian semua peserta secara berulang dan bergilir memasukkan gun IB ke dalam saluran reproduksi alat kelamin tersebut.
Praktikum berikutnya pada hari itu adalah pengenalan alat-alat IB dan cara penanganannya.
Praktikum pada hari ke-2 dan seterusnya adalah latihan dan keterampilan memasukkan gun IB ke dalam saluran reproduksi sapi betina yang kondisinya berbeda-beda, secara bergantian dan bergilir sampai mahir memasukkan gun IB pada posisi-4.
Hari terakhir praktikum adalah melakukan IB sesuai petunjuk di atas dan sekaligus merupakan ujian.
Setelah peserta kembali ke lokasinya masing-masing mereka melakukan magang pada Inseminator IB yang sebelum itu terlebih dahulu mengumpulkan anggota KPPIB-nya untuk melakukan penyuluhan tentang IB.
Satu sampai tiga bulan kemudian calon Inseminator dicek oleh konsultan berapa akseptor yang sudah di IB dan berapa yang berhasil bunting, baru diberikan SIMI oleh dinas peternakan Propinsi
**** Sekian dan Selamat Bertugas ****
Gambar :  Anatomi organ reproduksi betina
inseminator
 










Anatomi organ reproduksi betina terdiri atas :
8.            Ovarium (kiri dan kanan) yang berfungsi untuk menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon (FSH, LH, Estrogen, Progesteron, dan Relaksin)
9.            Tuba Fallopii (oviduk) sebagai tempat pembuahan (Fertilisasi)
10.        Uterus yang terdiri atas 2 bagian yaitu Corpus (Badan) uteri dan Cornua (tanduk) uteri. Uterus berfungsi sebagai tempat memelihara Fetus (anak dalam kandungan), menghasilkan hormon Progesteron dan Prostaglandin, dan tempat deposisi (menyemprotkan) semen pada pangkal korpus uteri (posisi-4) dengan cara IB.
11.        Cervix yang terdiri atas 3 lipatan (posisi-1, 2, dan 3) berfungsi untuk membuka pada waktu berahi (estrus) atau mau melahirkan, menghasilkan lendir berahi yang transpran (tembus-terang = jernih), dan menutup kalau tidak berahi atau bunting.
12.        Vagina yang berfungsi sebagai tempat menampung semen dengan cara kawin alam.
13.        Vulva sebagai tempat mengarahkan penis pada waktu kawin alam atau Gun inseminasi waktu melakukan IB.
14.        Klitoris yang identik dengan penis pada jantan sebagai perangsang dalam pelaksanaan perkawinan.

DETEKSI BERAHI

Deteksi berahi sebaiknya dilakukan 3 kali sehari (pagi, siang, dan sore). Deteksi berahi bisa dilakukan dengan sistem aktif (Inseminator yang melakukan), semi aktif (ada kotak pos IB tempat memasukkan kartu ternak yang sedang berahi dan dibarengi dengan menaikkan bendera ungu), dan pasif (kalau peternak yang melakukan deteksi berahi). Sebaiknya diambil kesepakatan dan disarankan peternak yang mendeteksi berahi (pasif).
Cara deteksi berahi dengan sistem pasif, peternak harus segera melaporkan kepada fuseminator setelah tampak gejala berahi.
Gejala berahi dikenal dengan istilah 3A+/3B+/3m+/dot. Artinya vulva bengkak, merah, dan basah (ada lendir transparan menggantung atau keluar dari vulva). Tanda (+) menunjukkan gejala naik-menaiki temannya (Sesama betina) atau diam bila dinaiki pejantan, mengangkat-angkat ekornya, kurang nafsu makan, sering menguak, dan bila dipalpasi rektal serviks akan membuka.
WAKTU  IB
Berdasarkan teori, waktu terbaik untuk melakukan IB adalah pertengahan sampai 6 jam setelah akhir berahi (9-24 jam setelah munculnya gejala berahi). Dengan catatan lama berahi (pada sapi) 18 jam dan siklus berahi / jarak antara berahi dengan berahi berikutnya rata-rata 21 hari (18-24 hari).

Secara praktis IB dilakukan seperti berikut :

Ternak

Berahi
Waktu IB
Sapi
-

Pagi

-
Siang

-
Siang
-
Sore

-
Sore
-

Esok paginya





 

Kerbau
-

Pagi

-

Esok paginya


-
Siang
-

Esok Siangnya


-
Sore
-

Esok Sorenya


Pelaksanaan IB yang ceroboh tidak akan menghasilkan kebuntingan sehingga akan merugikan waktu (menunda kebuntingan), tenaga, biaya, bahkan merusak alat reproduksi betina akseptor sehingga terjadi endometritis, menularkan penyakit veneris, menyebabkan keguguran pada betina bunting, dan angka konsepsi rendah.
PENANGANAN MANI BEKU
Mani beku sebaiknya disimpan dalam konteiner LNG (bejana) yang selalu penuh dengan N2 cair. Kalau mani beku berada dalam konteiner depo sebaiknya dipindahkan segera ke dalam konteiner LNG (isi 30 liter N2 cair) supaya konteiner depo hanya sebagai tempat penyimpanan N2 cair. Pemindahan mani beku dari konteiner ke konteiner lainnya harus cepat dan kalau dipindahkan/dimasukkan ke dalam termos IB, kanister hanya sampai batas leher konteiner dan dalam termos IB yang sudah diisi penuh N2 cair lebih dahulu baru diisi straw sesuai dengan jumlah betina yang dilaporkan berahi dan jika ada straw yang sisa dalam termos IB, maka straw yang sisa tidak boleh dikembalikan ke dalam konteiner.
Di setiap lokasi IB sebaiknya terdapat 2 konteiner LNG, satu berisi N2 cair dan bibit N2 cair untuk diisikan pada konteiner yang ada bibit (straw) bila N2 cair di dalamnya sudah berkurang, dan dibawa ke tempat pengisian N2 cair. Konteiner LNG yang ada bibit sebaiknya diukur N2 cairnya setiap 2 minggu dan tidak boleh N2 cair kurang dari ukuran ½ konteiner. Kalau ada konteiner lapangan (isi 4-5 i N2 cair) sebaiknya diisi N2 cair setiap 4 hari, tergantung pemakaiannya maka sebaiknya diisi N2 cair setiap hari sampai penuh.



No comments:

Post a Comment