A. Siklus Birahi
1. Birahi Secara Umum
Walaupun setiap spesies memiliki ciri-ciri khas dari pola siklus birahinya, namun pada dasarnya adalah sama. Siklus birahi pada umumnya dibagi menjadi 4 fase atau periode yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan diestrus. Beberapa penulis memilih pembagian siklus birahi atas dua fase, yaitu fase folikuler atau estrogenetik yang meliputi proestrus dan estrus dan fase luteal dan progestational yang terdiri dari matestrus dan diestrus.
Fase proestrus adalah fase fase sebelum estrus yaitu periode dimana folikel de Graaf bertumbuh di bawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol yang makin bertambah. System reproduksi memulai persiapan-persiapan untuk pelepasan ovum dari ovarium.
Estrus adalah fase dimana hewan betina mem;perlihatkan gejala-gejala khusus untuk tiap hewan dan pada fase ini pula hewan betina menerima pejantan untuk kopulasi. Tanda l,ain dari estrus adalah hewan menjadi gelisah, nafsu makan berkurang dan ia lebih dekat dengan pejantan dan tidak lari ataupun berontak jika ditunggangi pejantan. Perubahan yang terjadi pada lat kelamin bagian dalam adalah pertumbuhan folikeel yang telah dsimulai pada waktu proesterus, kini menjadi maksimal, ovum yang dikandung oleh folikel telah cukup masak dan dinding folikel menjadi tipis dean mennjol keluar dari permukaan ovarium karena disini folikel telah menjadi maksimal. Terjadi ovulasi (pecahnya dinding folikel dan keluarnya ovum dari folikel ) . Dalam cervix jumlah lender maupun jumlah sekresi lender dalam tiap kelenjar lender bertabah. Pada vulva dan vagina tidak memperlihatkan perubahan yang banyak, hanya pada beberapa hewan dara (betina yang baru Pubertas) pada umummnya mengalami pembengkakan pada bagian tersebut
Matestrus adalah fase dimana siklus birahi yang ditandai segera setelah estrus selesai. Gejala yang dapat terlihat tetapi dari luar tidak terlalu nyata, namun pada umumnya masih di dapatkan sisa gejala estrus. Korpus luteum bertumbuh cepat dari sel granulose folikel yang telah pecah di bawah pengaruh LHdari adenohypophysa. Matestrus sebagian besar berada di bawah pengaruh progestron yang dihasilkan korpus luteum. Progesterone menghambat sekresi FSH. Selama metestrus uterus mengadakan persiapan-persiapan seperlunya untuk menerima dan member makan pada embrio . Menjelang pertengahan sampai akhir metestrus, uterus menjadi agak lunakkarena pengendoran otot uterus.
Diestrus adalah fase siklus birahi yang ditandai oleh tidak adanya kebuntingan, tidak adanya aktivitas kelamindan hewan menjadi tenang. Dalam periode permulaan diestrus endometrium masih memperlihatkan kegiatan, yaitu pertumbuhan kelenjar-kelenjar endomentrium dari panjang menjadi berekelok-berkelok dan banyak diantaranya berbentuk spiral, tetapi pada petengahan fase diestrus kelenjar endometrium berdegenerasi yang akhirnya tinnggal kelenjar-kelenjar permukaan yan g cetek. Dalam periode permulaan diestrus, corpus hemorrhagicum mengkerut karenadi bawah lapisan hemorrhargik ini tumbuh sel-sel kuning yang disebut luteum.
Anestrus yang fisiologik umumnya bditandai oleh ovarium dan saluran kelamin yang tenang dan tidakyang fisiologik umumnya ditandai oleh ovarium dan saluran kelamin yang tenang dan tidak berfungsi. Anestrus normal akan diikuti oleh proestrus. Anestrus secara fisiologik dapat diobservasi pada kuda selama musim dingin dan musim panas.
B. OVULASI
1. Pengertian ovulasi
Ovulasi dapat didefinisikan sebagai pelepasan ovum dari folikel ke graaf. Jumlah telur yang diovulasikan oleh kedua ovaria pada suatu estrus berbeda-beda menurut jenis hewan mulai dari satu pada sapi dan kuda, sampai 18 sampai 20. Ovulation rate pada ternak tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor termasuk makanan, umur dan heriditas. Akan tetapi tidak satupun factor-faktor ini dapat menyebabkan pengurangan atau peninggian “ ovulasi rate” ovulasi terjadi pda ovarium
Secara umum ovulasi distimuler oleh LH, tetapi mekanisme yang sebenarnnya tidak diketahui. Mungkin LH menyebabbkan pengendoran dinding folikel sehinnga lapisan-lapisan pecah dan melepaskan ovum dalam cairan folikfel. Cristal foilikel, suatu keadaan abnormal dimana folikel tidak pecah dan cairan folikel banyak tertimbun di dlamnnya, mungkin disebbabkan oleh kekurangan LH. Penyuntikan LH menyebabkan pecahnya cyste folikel. Akan tetapi penyuntikan LH tidak segera menyebabkan ovulasi . sesudah selesai ovulasi makan akan terbentuk corpus luteum di dalam folikel yang telah pecah dan mulai mengsekresikan progesterone. Selama corpus luteum tetap aktif menghasilkan progestron, kadar sekresi FSH oleh adenohytropysa tetap rendah dan folikel ovarii tidak berkembang.
Pelepasan LH dari kelenjar Hypopisa ditimbulkan oleh mekanisme neurohormonal. Pada spesies yang berovulasi secara tidak spontan rangsangan kopulasi dibawa oleh susunan syaraf ke bagian ventral hypothalamus. Hipotalamus akan mengsekresikan factor pelepas LH ke dalam aliran darah menuju adenohypopisa yang menyebabkan pelepasan LH dan ovulasi.
Gambar Proses Perkembangan Ovulasi
Proses ovulasi tidak berdiri sendiri. Proses ovulasi merupakan bagian dari rangkaian proses yang panjang yang dinulai sejak berada dalam kandungan. Sebelum terjadi ovulasi berlangsung proses oogenesis. Oogenesis adalah suatu proses pembelahan sel dari oogonium menjadi oosit yang nantinya menjadi ootid. Selanjutnya ootid inilah yang nantinya mengalami ovulasi.
2. Proses Oogenesis
Oogenesis terjadi di ovarium. Di dalam ovarium banyak terdapat oogonium atau sel induk telur (ovum) yang bersifat diploid. Oogonium kemudian akan mengalami beberapa kali mitosis, dan pada akhir perkembangan embrional bulan ketiga setiap oogonium dikelilingi oleh selapis sel epitel yang berasal dari permukaan jaringan gonad, yang nantinya menjadi sel folikuler.
Pada masa pubertas, sambil mulai terbentuk siklus menstruasi, oosit primer mulai melanjutkan pematangannya dengan kecepatan yang berbeda-beda. Pada saat ovulasi suatu siklus haid normal, yaitu sekitar dua minggu sebelum terjadinya pendarahan haid berikutnya, hanya satu folikel yang mengalami pematangan sampai tingkat lanjut dan keluar sebagai ovum ynag siap dibuahi.
Kemudian antrum folikuli semakin membesar, sementara bagian tepi luar lapisan folikuler mulai dilapisi oleh dua lapisan sel ikat yaitu teka interna (lapisan seluler sebelah dalam yang akan menghasilakan estrogen) dan teka eksterna (lapisan fibrosa sebelah luar). Pada stadium ini folikel berada dalam stadium folikel tersiser atau folikel deGraff.
Setelah mencapai pematangan folikel, oosit primer memasuki pembelahan meiosis kedua dengan menghasilkan dua sel anak yang masing-masing mengandung jumlah DNA separuh dari sel induk. Tetapi hanya satu sel anak ynag tumbuh menjadi oosit sekunder, sementara sel yang lainnya menjadi badan kutub polar yang tidak tumbuh lebih lanjut. .
Jika terjadi pembuahan, oosit sekunder akan melanjutkan stadium pembelahan pematangan sampai menjadi oosit matang. Kemudian gengan menghasilkan satu buah badan polar lagi. Sementara badan polar hasil pembelahan sebelumnya diperkirakan akan mengalami satu kali pembelahan lagi. Jika terjadi pembuahan dan kehamilan, korpus luteum tetap aktif karena hormon progesteron yang dihasilakan berfungsi mempertahankan keseimbangan hormonal selama masa-masa awal kehamilan. Jika tidak terjadi pembuahan, oosit sekunder akan menagalami degenerasi dalam waktu sekitar 24-48 jam pasca ovulasi. Jika tidak terjadi pembuahan dan kehamilan sampai 9-10 hari sesudah ovulasi korpus luteum akan berdegenerasi dan mengalami fibrosis menjadi korpus albikans. Akibat degenerasi ini produksi progesteron akan menurun, menjadi stimulasi untuk terjadinya pendarahan haid selanjutnya.
3. Hormon-Hormon yang Mempengaruhi Ovulasi Diantaranya :
1. GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)
GnRH dihasilkan di Hypothalamus yang akan mempengaruhi anterior pituitary untuk menghasilkan hormon FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (Luitenizing Hormone).Kemudian FSH dan LH berfungsi untuk :
- Stimulasi gamet
- Stimulasi sekresi hormon reproduksi
- Mempertahankan pertumbuhan/perkembangan struktur gonad.
2. FSH (Folicle stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior ,sebagai respon terhadap GnRH. Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium wanita
3. LH (Luitenizing Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH ,LH berfungsi memicu perkembangan folikel ( sel-sel teka dan granulosa) dan mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge).
4. Estrogen
Estrogen diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer , dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen. Berfungsi dalam stimulasi pertunbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita. Pada uterus dapat menyebabkan proliferasi endometrium.
5. Progesteron
Progesteron diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta. Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan optimal jika terjadi implantasi.
No comments:
Post a Comment