Friday, November 4, 2011

hormonal pada kelinci


PENDAHULUAN

Latar belakang  
     Ternak kelinci adalah merupakan salah satu usaha yang mudah dilaksanakan, karena tersebut tidak memerlukan banyak biaya atau tidak memerlukan tempat yang begitu luas, selain itu kotoranya dapat dijadikan pupuk, sehingga dengan ternak kelinci bisa merupakan usaha keluarga dan sekaligus usaha pekarangan yang hasilnya bias menigkatkan mutu bahan makanan, khususnya protein.
     Peternak kelinci merupakan penghasilan dagin yang tertua di negari Prancis.  Produksi daging kelinci dapat mencapai jutaan ton pertahun.  Dari kenyataan ini membuktikan bahwa kelincipun merupakan salah satu sumber atau penghasil daging potensial.  Daging kelinci bila dibandingkan dengan semua jenis daging ternak besar dan unggas, maka daging kelinci mengandung protein yang tinggi dan mempunyai kadar lemak yang rendah.
     Peningkatan produksi daging kelinci dapat dilakukan dengan cara, pemberian pakan yang baik, pengaturan jarak kelahiran, pemeliharaan yang benar, pengendalian penyakit, pemilihan bibit yang unggul dan selektif.  Kastrasi pada kelinci merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan bibit unggul yang baik, dengan menekan potensi berkembangnya anak dari kelinci yang tidak unggul atau mengalami kelainan.
     Kastrasi merupakan pada ternak kelinci memiliki kegunaan, yakni ternak lebih tenang, sehingga ternak tersebut akan lebih cepat gemuk, dagingnya lebih empuk sebab banyak mengandung lemak, dan biasanya ternak akan lebih jinak dan mudah untuk diatur atau dipelihara.

Tujuan dan Kegunaan     
     Tujuan dari praktikum Fasektomi dan Kastrasi adalah untuk mengetahui cara-cara melakukan kastrasi dan pengaruh dari kastrasi pada ternak, khususnya ternak kelinci.  Kastrasi bertujuan untuk membuktikan akibat menghilangnya gonad terhadap karakter seksual pada ternak.
     Kegunaan praktikum Fasektomi dan Kastrasi adalah agar dapat mengetahui cara-cara melakukan kastrasi dan pengaruh kastrasi terhadap karakter seksual pada ternak, khususnya ternak kelinci.






TINJAUAN PUSTAKA

A.    Gambaran Umum Kelinci
     Kelinci merupakan binatang malam, dimana aktifitas hidup yang dialami seperti makan, minum, kawin dan sebagainya juga dilakukan pada malam hari.  Menurut penggolongan berat badan, kelinci dapat digolonkan menjadi tiga yaitu, I. Kelinci ringan atau kecil, memiliki berat badan 2 – 4 kg, II kelinci setengah berat atau sedang, dengan berat 4 – 6 kg, III. Kelinci yang berat atau besar, dengan berat badan 6 – 8 kg (AKK, 1991).
     Rismunandar (1976) mengatakan bahwa menurut sistem binomial maka bangsa-bangsa kelinci dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
     Phylum          :  Chordata
     Sub phylum      :  Vertebrata
     Klas            :  Mammalia
     Ordo            :  Lagomorpha
     Famili          :  Laporidae
     Sub famili :  Leporine
     Genus      :  Genuine hare
     Kelinci merupakan salah satu ternak yang dapat digunakan untuk beberapa tujuan, sebagai penghasil daging, kulit bulu, maupun sebagai binatang kesayangan.  Beternak kelinci tidak memerlukan modal dan biaya pemeliharaan yang besar.  Dalam keadaan sederhana dapat dipelihara tanpa biaya, cukup diberi makan hijauan dari kebun, rumput, dan sisa-sisa makanan yang ada didapur (Sarwono, 1983). 
     Kelinci tidak menunjukkan suatu siklus birahi yang teratur seperti halnya ternak besar, kelinci betina dapat mengalami birahi kadang-kadang cukup lama.  Apabila pada saat kelinci birahi tidak dikawinkan, folikle akan tetap aktif atau subur selama 12 – 16 hari.  Dan sesuda periode estrus tersebut tersebut, mereka mengalami kemunduran atau masa tak subur.  Pada saat itu juga folikel yang baru saja mulai tumbuh untuk menggantikan yang telah diovulasikan.  Pada jenis kelinci yang kesuburannya tinggi, jumlah telur yang dilepas pada setiap ovulasi rata-rata 8 – 10 buah, sedang jenis yang rendah, jumlah telur yang dilepaskan hanyalah 4 -5 buah.  Pada jenis kelinci yang subur, kira-kira 15 – 20 % janin mati didalam uterus dan pada jenis yang rendah 80 % janin mati selama masa kebuntingan.  Kebuntingan berlangsung pada saat terjadi pembuahan sampai kelahiran, yakni 30 – 32 hari (AKK,1991).
     Setiap jenis kelinci secara individu ada yang mengalami pertumbuhan lebih cepat atau lebih awal daripada kelinci jantan.  Setiap 1 – 2 jantan dapat melayani 10 20 ekor betinanya (AKK, 1991).
B.    Gambaran Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi Kelinci
Menentukan jenis kelamin kelinci tidaklah semudah dengan ternak besar seperti kerbau, sapi, lembu dan sebagainya.  Pada kelinci memerlukan pengamatan dan pengalaman, termasuk cara memegangnya.  Pada kelinci jantan akan nampak suatu organ berbentuk dan runcing, sedang pada yang betina akan nampak suatu tonjolan yang berbelah (AKK, 1991).
Gambar anatomi dan fisiologi organ reproduksi kelinci jantan dapat dilihat sebagai berikut :

                                 Vasicula seminalis


                                 Prostata
                                 Uterus
                                 Canal defferens

                                 Rete epidydimis
                                 Testicule
                                 Corpus epidydimis

     Sebagian besar tahap spermatogenesis terjadi dalam testis pada tingkat tubuli seminalis, pembelahan miosis (pematangan) terjadi pada kepala dan tubuh epipydimis dan penyimpanan spermatozoa matang terjadi pada ekor epidydimis.  Spermatozoa akan dikeluarkan pada waktu-waktu tertentu dari ekor epidydimis dan pada saluran vas defferens.  Testis selain berfungsi untuk proses spermatogenesis juga berperan sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon testosteron yang disekresikan oleh sel leydig (Anonim, 2003).
       Epidydimis berperan sebagai tempat untuk pemaskan spermatozoa sampai periode spermatozoa dikeluarkan dengan ejakulasi.  Spermatozoa belum masak ketika meninggalkan testikel dan harus mangalami periode pmasakan didalam epidydimis sebelum mampu membuahi ovum (frandson, 1993).
       Canal defferens merupakan saluran yang dilewati celah spermatozoa pada saat ejakulasi.  Vas defferens merupakan pipa berotot yang pada saat ejakulasi mendorong spermatozoa dari epidydimis ke ductus ejakulatoris didalam uretra prostatik (Frandson, 1993).
       Uretra merupakan saluran pengeluaran yang biasa terpakai oleh produksi testis dan juga jalan keluar bagi produksi kelenjar pelengkap dan juga merupakan jalan keluar untuk air kencin.  Uretra berdinding sel epitel peralihan yang menjadi sel berbentuk pipih dan bertanduk di dekat ujung glands penis (Salisbury, 1985).
       Kelenjar seminalis berfungsi menghasilkan plasma semen sekitar 50 % dari volume total dari satu ejakulasi.  Prostata berfungsi untuk menghasilkan sekresi alkali yang membatu memberikan bau yang karakteristik pada cairan semen (Frandson, 1993).  

C.    Kontrol Hormonal Kelinci Jantan
Androgen dari testis terutama adalah menghasilkan testosteron,  hormon kelamin jantan yang dihasilkan oleh sel leydig.  Hormon seperti testosteron yang berperan terhadap sifat kejantanan disebut androgen dan testis merupakan sumber utama androgen (Frandson, 1993).
Toilehere (1977) bahwa skematik hormonal pada jantan dapat dilihat sebagai berikut :
Susunan syaraf pusat

Hyphotalamus
                                        Libido
Faktor-faktor pelepas
(releising factors)

Adenohyphopysa

     Inhibin                              Stimulasi organ
                                            Kelamin pelengkap

                     FSH             LH

Tubuli semeniferi   sel-sel interstitial

Testis
           Spermatogenik              testosteron

           Sperma                     sifat-sifat kelamin
                   Sekunder
Pada waktu pubertas gonadotropin, LH, mempengaruhi sel leydig untuk menghasilkan androgen.  Androgen membuat epitel germinalis spermatogenesis dari tubuli semeniferi bereaksi terhadap FSH.  FSH penyebab dimulainya spermatongenesis, dengan pembelahan sel di spermatogenia.  Spermatogenia yang  berkesinambungan diatur oleh imbangan timbal balik hormon FSH, LH dan hormon yang diproduksi oleh testis androgen dan estrogen.  Selain itu, androgen melalui pengaruhnya terhadap seluruh alat kelamin jantan, membantu mempertahankan kondisi yang optimal terhadap spermmatogenesis, pengangkutan sperma dan penempatan air mani didaerah terjadinya pembuahan pada hewan betina (Salisbury, 1985).    


D.    Kastrasi dan Fasektomi
Kastrasi merupakan suatu istilah yang biasa dipakai untuk menghilangkan testis pada hewan jantan, walaupun secara teknis dapat dipakai juga untuyk menghilangkan ovari pada betina, yang lazim disebut spaying.  Kastrasi dimaksudkan untuk mencegah hewan-hewan dengan kualitas genetik yang rendah untuk bereproduksi.  Ini penting untuk meningkatkan semua bangsa ternak.  Kastrasi pada mulanya secara efektif meningkatkan kualitas indifidu hewan yang digunakan untuk dipotong dan menghambat tanda-tanda kelainan sekunder yang tidak diinginkan dan membuat hewan menjadi jinak (Fransond, 1993).
Pada ternak sapi, anak-anak sapi yang tidak digunakan sebagai bibit sebaiknya dikastrasi sebab :
1.   Cepat menjadi gemuk sebab tenang
2.   Dagingnya lebih empuk sebab mengandung lemak
3.   Sapi menjadi jinak sebab testosteron tidak ada
4.   Mmudah dipelihara
Sapi disamping itu banyak kerugian yang ditimbulkan akibat kastrasi ini, antara lain : memperlambat pertumbuhan rata-rata 10 %, mengurangi efisiensi penggunaan makanan dan persentase lemak karkas lebih tinggi sehingga persentase dari edible meat lebih rendah, serta mengurangi pertumbuhan dari tulang, memperlihatkan bentuk tubuh bukan jantan dan hilangnya sifat birahi. (Welo, 1985).
  Hewan yang dikastrasi sebelum pubertas, beberapa karakteristik dari jantan gagagl berkembang dan hewan kastrasi cenderung akan menyerupai hewan betina (Frandson, 1993).
Berkurangya libido dan ketidakmampuan untuk menhasilkan keturunan, keduanya adalah suatu pengaruh menonjol daripada kastrasi dan berkurangnya testosteron.  Akan tetapi hewan yang dikastrasi setelah mencapai dewasa kelamin atau pubertas akan tetap kawin, jika hewan itu telah pernah kawin sebelum kastrasi.  Jika hewan dikastrasi sebelum pubertas, beberapa karakteristik kelamin janatan gagal berkembang dan mengalami regresi (Frandson, 1993).
     Akibat kastrasi pada sapi dewasa kelamin adalah kemajiran dengan cara membuang sumber spermatozoa dan sumber androgen.  Sapi jantan dapat tetap subur untuk beberapa waktu lamanya sesuai kastrasi, sebelum androgen habis dipakai untuk proses pertukaran zat dan sebelum spermatozoa yang berada didalam vas defferens, diresorbir.  Akan tetapi karena adanya androgen tidak dapat disimpan didalam tubuh, libido akan segera menghilang, dan kelenjar pelengkap akan beregresi.  Kastrasi merupakan tindakan terhadap hewan janatan untuk menghilangkan kemungkinan mempunyai keturunan (Salisbury, 1985).
     Kastrasi merupakan pengrusakan testis, sedangkan fasektomi merupakan pemotongan dan pengangkatan saluran vas defferens.  Menurut Welo (1985) bahwa fasektomi adalah pengeluaran epidydimis yang terletak pada bagian bawah dari testis.
     Fasektomi betujuan untuk menghambat sel spermatozoa yang menyebabkan ternak jantan menjadi steril.  Namun testis tidak rusak dan masih berfungsi demikian juga ternaknya masih mempunyai kemampuan kawin (Libido) (Anonim, 2003).




















METODOLOGI PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat
Praktikum Reproduksi Ternak mengenai Kastrasi dan Fasektomi dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 07 April 2003, bertempat di Laboratorium Fisiologi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kastrasi adalah gunting, scalpel, benang untuk menjahit sayatan, gelas arloji, spoit, kapas dan peralatan untuk membedah.
     Bahan yang dipergunakan adalah Lidocaine, procaine, air aquades, larutan fisiologi, yodium, serbuk sulfur, larutan nembutal, kelinci.
Metode Praktikum
a.    Persiapan
Timbang ternak yang akan dikastasi, lalu lakukan anatesi dengan penyuntikan intramuskuler dengan numbetal, ikat ternak berbaring menghadap keatas.  Jika anestesi belum cukup bisa ditambah dengan anastesi hirup dengan uap eter.
b.    Kastrasi
Melakukan disenfektan scrotum dengan cairan yodium dan turunkan testis dalam scrotum, sayat scrotum untuk membuka lapisan penutup testis, sayap juga penutup testis kemudian setelah testis terlihat diikat disekitar saluran bagian vas defferens dan korda spermatikus.  Testis diambil atau dipotong dibawah ikat tadi.  Tutup kembali scrotum dengan 2 – 3 jahitan.  Timbang testis setelah menghilangkan vas defferens dan corda spermatic.  Lakukan pengamatan pada aternak yang telah dikastrasi tersebut.   


















HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Pengaruh Kastrasi Terhadap Pertumbuhan
Kastrasi merupakan suatu istilah yang biasa dipakai untuk menghilankan testis pada hewan jantan.  Kastrasi dimaksudkan untuk mencegah hewan dengan kualitas genetik yang rendah untuk berproduksi.  Menurut Frandson (1993) mengatakan bahwa kastrasi pada mulanya secara efektif meningkatkan kualitas indifidu hewan yang digunakan untuk dipotong dan menghambat tanda-tanda sekunder yang tidak diiginkan dan membuat hewan menjadi jinak.
Kastarsi bertujuan untuk meningkatkan mutu karkas dan untuk lebih menjinakkan ternak.  Menurut Bambang (1999) bahwa kastrasi adalah usaha mematikan sel-sel kelamin jantan dengan jalam mengikat, mengoperasikan, ataupun memasukkan bahan kimia  kedalam organ tubuh tertentu.  Kastrasi terhadap ternak bertujuan untuk memperoleh mutu daging yang lebih bagus dan penimbunan daging yang cepat, membuat ternak lebih jinak. Ternak yang jinak tidak akan banayak bergerak, keaktifan akan berkurang, sehingga energi yang dikeluarkan pun bisa dihemat untuk keperluan pembentukan daging.
Kualitas karkas sapi yang dikarkas lebih baik dibanding dengan karkas sapi yang tidak dikarkas dan serat dagingnya lebih lembut.  Menurut Murtidjo (1990) bahwa dengan kastrasi ternak akan mengganti kompensasi birahinya dengan pertambahan berat tubuhnya.
Ternak yang tidak digunakan sebagai bibit, sebaiknya dikastrasi sebab :
  1. Cepat menjadi gemuk sebab tenang
  2. Dagingnya lebih empuk sebab mengandung lemak
  3. Sapi menjadi jnak sebab testosteron tidak ada
  4. Mmudah dipelihara
Sapi disamping itu banyak kerugian yang ditimbulkan akibat kastrasi ini, antara lain : memperlambat pertumbuhan rata-rata 10 %, mengurangi efisiensi penggunaan makanan dan persentase lemak karkas lebih tinggi sehingga persentase dari edible meat lebih rendah, serta mengurangi pertumbuhan dari tulang, memperlihatkan bentuk tubuh bukan jantan dan hilangnya sifat birahi (Welo, 1985).
     Pengebirian merupakan tindakan terhadap hewan jantan untuk menghilankan kemungkinan mempunyai keturunan.  Pengaruh dan keadaan fisik hewan jantan yang dikebiri tergantung dengan tingkatan perkembangan kelamin pada waktu dikebiri.  Ternak yang dikebiri sebelum dewasa kelamin tidak akan terbentuk ciri kelamin sekunder, sapi tersebut tidak akan mengembangkan sifat agresif seperti hewan jantan pada umumnya (Salisbury, 1985).                                                        
     
B.    Pengaruh Hemi Kastrasi Terhadap Kelinci Jantan
Pengibirian merupakan tindakan terhadap hewan jantan untuk menghilankan kemungkinan mempunyai keturunan.  Pengaruh dan kedaan fisik hewan jantan yang dikebiri tergantung pada tingkatan perkembangan kelamin pada waktu dikebiri.  Ternak yang dikebiri sebelum dewasa kelamin tidak akan terbentuk ciri kelamin sekunder, sapi tersebut tidak akan mengembangkan sifat agresif seperti hewan jantan pada umumnya.  Hewan yang dikastrasi sebelum pubertas, beberapa karakteristik dari jantan gagal  berkembang dan hewan kasrtasi cenderung akan menyerupai betina.  Tetapi hewan yang dikastrasi setelah mencapai dewasa kelamin atau pubertas akan tetap kawin jika hewan tersebut telah pernah kawin sebelum dikastrasi.  Menurut Anonim (2003) bahwa kastrasi bertujuan untuk menghilangkan gonad sehingga karakter seksual pada ternak akan berkurang atau hlang.
Berdasarkan praktik yang dilakukan terhadap kelinci, tindakan hemikastrasi pada ternak bertujuan untuk mengetahui akibat kerusakan atau menghilankan gonad terhadap karakter seksual pada ternak kelinci tersebut.  Menurut Frandson (1993) bahwa berkurangnya libido dan ketidak mampuan untuk menghasilkan keturunan, keduanya adalah suatu pengaruh menonjol dari kastrasi dan berkurangnya testosteron. Hewan yang hemi kastrasi tetap akan menghasilkan spermatozoa dan hormon testosteron pada bagian testis yang tidak diputus sehingga karakter libido akan tetap ada.  Testis yang tidak terputus tersebut akan mengalami kerja yang lebih berat, sehingga biasanya akan membesar.        




















Gambar 1.  Morfologi Kelinci Jantan
---------------------------------------------------------
 LABORATORIUM REPRODUKSI TERNAK
 FAKULTAS PETERNAKAN
 UNIVERSITAS HASANUDDIN
 MAKASSAR
---------------------------------------------------------






 Keterangan :
1.     Mata
2.     Hidung
3.     Mulut
4.     kuku pendek
5.     Anus
6.     Ekor
7.     Otot paha
8.     Punggung
9.     Telinga
---------------------------------------------------------
 Sumber : Hasil Praktikum Reproduksi Ternak, 2003
     Kelinci yang diambil sebagai bahan percobaan memiliki ukuran tubuh yang normal yang mempunyai badan yang lebar dan kepala dan telinga yang panjang tegak.  Hal ini sesuai dengan pendapat Nugroho (1982) bahwa secara umum tubuh kelinci mempunyai ukuran tubuh yang panjang.  Kelinci yang badannya besar dan lebar harus juga mempunyai kepala yang lebar dan kelinci yang tipe kecil sebaiknya kepalanya juga kecil.  Telinga tegak dan bersih, bulu punggung panjang dan halus.
     Genus kelinci yang dipelihara Lepus yaitu Genuine here yang memiliki warna bulu yang putih dan mata merah.  Klasifikasi kelinci menurut pendapat Rismunandar (1976) bahwa kelinci mempunyai phylum Chordata, sub phylum vertebrata, klas mammalia, ordo lagomorpha, famili laporidae, sub famili leporine dan genus Lepus Genuine here.  Berdasarkan klasifikasi tersebut maka jelaslah bahwa kelinci bukanlah termasuk rodensia.
     Berat badan bervariasi mulai dari 1,5 kg sampai 7 kg.  Hal ini sesuai dengan pendapat Blakely (1998) yang mengatakan bahwa bangsa kelinci mempunyai ukuran, kegunaan, warna dan panjang bulu berbeda-beda.  Berat badan saat dewasa berfariasi mulai dari 1,5 kg hingga 2,5 kg merupakan bangsa kelinci dan sebagian besar terdiri dari kelinci fancy.








No comments:

Post a Comment