PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembentukan, pelepasan dan pembuahan ova merupakan proses reproduksi yang sangat penting pada hewan betina. Setelah ova berkembang dan diovulasikan, setiap ovum harus dibuahi supaya dapat berkembang lebih lanjut.
Di dalam ovari terbentuk ova dari sel lembaga. Beratus-ratus ova potensial terdapat didalam ovari pada waktu lahir tetapi hanya beberapa folikel saja penyelubung ova dapat menjadi dewasa dengan terbentuknya lapisan-lapisan sel granulosa yang mengelilingi ova. Sel granulosa lebih lanjut saling menjauh dan terjadilah rongga berisi cairan yang disebut antrum. Pendewasaan folikel disertai dengan penimbunan cairan yang menyebabkan ovum terdesak ke salah satu sisi folikel itu dan berada di dalam benjolan massa sel granulosa yang disebut cumulus oophorus. Lapisan sel yang mengelilingi ovum membentuk cincin atau mahkota disebut radiata. Folikelnya kemudian ikut berdegenerasi.
Ovulasi merupakan proses pelepasan sel telur dari ovarium yang ditandai dengan pecahnya folikel dan setelah itu terbentuk korpus luteum. Korpus luteum ini menghasilkan hormon steroid dan progesteron.
Urutan-urutan perkembangan folikel diawali dengan tahap premordial kemudian tahap preantrum, lalu berturut-turut tahap antrum dan tahap preovulatory. Begitu pentingnya tahap-tahap tersebut maka diadakan praktikum mengenai Histologi Ovari untuk mengetahui perkembangan dan ciri-ciri tahap-tahap tersebut.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum Histologi Ovari ini adalah untuk mengetahui tahap-tahap perkembangan folikel serta ciri-ciri dari masing-masing folikel dan hormon yang mempengaruhinya serta proses oogenesis.
Kegunaannya adalah agar kita mampu membedakan tahap perkembangan folikel berdasarkan ciri-ciri dari masing-masing tahap perkembangan folikel, proses oogenesis dan mekanisme hormonal yang mempengaruhinya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahap Perkembangan Folikel
a. Folikel Premordial
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
LABORATORIUM ILMU REPRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
Gambar 19. : Folikel Premordial
Pembesaran : 40 x
Jumlah :
Sumber : Hasil Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak, 2003.
Perkembangan awal folikel ini dimulai dengan fase premordial yang ditandai dengan adanya satu bakal sel yang dilapisi oleh selapis sel folikuler yang dilapisi dengan sel yang kecil. Hal ini sesuai dengan pernyataan Toelihere (1985), bahwa folikel premordial (primer) terdiri dari satu bakal sel telur yang pada fase tersebut dinamakan oogonium yang terdiri atas selapis sel folikuler kecil berkumpul dibawah tunica albuginea. Dalam tahap perkembangan awal, perkembangan folikel primer yang berasal dari satu sel epitel yang membelah diri yang kini disebut sel-sel granulosa.
Berdasarkan letaknya folikel dapat dibedakan menjadi folikel primer dan folikel sekunder. Hal ini sesuai dengan pendapat Partodihardjo (1992), bahwa folikel primer terletak dekat atau melekat pada permukaan dari ovarium dan ovumnya tidak terbungkus oleh membran vitellius. Sedangkan folikel sekunder terletak agak jauh dari permukaan ovarium dan ovumnya terbungkus oleh membran vitellius.
Pertumbuhan folikel terjadi pada hewan betina yang masih dlam kandungan dan setelah lahir. Hal ini sesuai dengan pendapat Nalbandov (1990), bahwa pertumbuhan pertama dari foilkel terjadi pada waktu hewan betina masih dalam kandungan dan setelah lahir. Jadi hewan betina yang baru lahir hanya mempunyai folikel primer.
Menurut Peters dan Mc. Natty (1980), bahwa dari 50.000 stock folikel premordial pada saat lahir, 3 – 4 folikel bertumbuh setiap hari dan berovulasi hanya sekitar 50 – 200 folikel.
TINJAUAN PUSTAKA
Tahap-tahap Perkembangan Folikel
1. Premordial
Folikel premordial (primer) terdiri dari satu bakal sel telur yang pada fase tersebut dinamakan oogonium yang terdiri atas selapis sel folikuler kecil berkumpul dibawah tunica albuginea. Dalam tahap perkembangan awal, perkembangan folikel primer yang berasal dari satu sel epitel yang membelah diri yang kini disebut sel-sel granulosa (Toelihere, 1985).
Folikel primer terletak dekat atau melekat pada permukaan dari ovarium dan ovumnya tidak terbungkus oleh membran vitellius. Sedangkan folikel sekunder terletak agak jauh dari permukaan ovarium dan ovumnya terbungkus oleh membran vitellius (Partodihardjo, 1992).
Pertumbuhan pertama dari foilkel terjadi pada waktu hewan betina masih dalam kandungan dan setelah lahir. Jadi hewan betina yang baru lahir hanya mempunyai folikel primer (Nalbandov, 1990).
Perkembangan folikel diawali dengan pertumbuhan oleh bertambahnya jumlah sel-sel pipih yang mengelilingi oocyt, sel-sel pipih ini lambat laun berubah menyerupai kubus lalu berjajar dan disebut folikel primer yaitu folikel sel dengan ovum berlapis sel tunggal. Pada sapi mempunyai diameter 0,131-0,148 mm tanpa zona, sedangkan dengan zona adalah 0,013-0,020 mm. Pada kambing atau domba tanpa zona 0,125-0,167 mm, dan untuk tebalnya 0,009-0,012 mm (Salisbury, 1985).
Menurut Peters dan Mc. Natty (1980), bahwa dari 50.000 stock folikel premordial pada saat lahir, 3 – 4 folikel bertumbuh setiap hari dan berovulasi hanya sekitar 50 – 200 folikel.
2. Preantrum
Preantrum ditandai dengan lapisan multiseluler disekeliling vitellius dan terbentuknya membran (zona pellucida) antara oogonium dan sel folikuler (Sonjaya, 2003).
Dari satu lapisan sel tunggal (primer) yang terjadi selama pertumbuhan perkembangan folikel ovarium terjadi dua proses yang mutlak perlu bagi produksi gamet betina yang berfungsi. Pertama membran tambahan yang tersusun dari bahan mukopolisakarida dibentuk disekeliling oocyt akibat adanya aktifitas sintetik oocyt itu sendiri bersama sel folikel sekresi membran ini atau zona pellucida. Pada awalnya berupa kumpulan bahan fibril tetapi pembentukan zoan secara lengkap dan seragam terjadi jauh sebelum oocyt terkurung didalam folikel de graff (Hunter, 1995).
Folikel sekunder ditandai dengan berkembangnya tiga sampai lima lapisan glikoprotein tebal yang disebut zona pellucida yang dihasilkan oleh sel-sel granulosa yang mengitari oosit dan sebagian oosit itu sendiri (Dellman, 1992).
3. Antrum
Antrum adalah tahap dimana terdapat antrum atau suatu rongga yang berisi cairan folikuler yang lebih lebar (Sonjaya, 2003).
Folikel antrum yaitu folikel sekunder yang telah tumbuh menjadi dewasa dimana sel-sel granulosanya telah banyak sehingga seluruh folikelnya tampak lebih besar dan letaknya berjauhan dari corteks ovarium (Partodihardjo, 1992).
Dari pembelahan primer ke pembelahan sekunder ketika sel-sel itu membelah menjadi beberapa lapisan. Dalam perkembangan selanjutnya, dengan terjadinya pembelahan sel lebih lanjut sebagai dan akumulasi salir (fluida) mulai terjadi pada ruang antar sel, dan penggabungan secara berangsur-angsur salir ini membentuk rongga atau antrum yang mengandung salir folikel. Pembentukan antrum ini menandakan tercapainya stadium folikel tersier atau folikel de graff. Pembentukan folikel antrum dari folikel preantrum terjadi pada waktu hewan betina menjadi dewasa (Hunter, 1995).
4. Preovulasi
Preovulasi adalah tahap dimana jumlah lapisan sel-sel granulosa pada dinding ovari adalah 3-4 lapis, cumulus oophorus mengarah ke antrum dan bertaut pada sel-sel granulosa dan terletak bertentangan dengan sisi yang akan pecah (Sonjaya, 2003).
Pada folikel preovulasi sudah dewasa, dindingnya mulai menipis dan pada waktu hampir terjadi ovulasi sel-sel theca didorong ke samping dekat permukaan ovarium. Sel-sel yang terdapat dibagian luar dan mengelilingi folikel disebut sel-sel theca. Lapisan theca langsung sesudah folikel disebut theca interna; lapisan diluarnya adalah theca externa. Theca interna menyelubungi folikel dengan sempurna semenjak ovum mencapai pertumbuhannya yang maksimum sampai folikel berpindah ke tenunan ovarium yang elbih dalam sesaat menjelang ovulasi. Sel-sel theca memegang peranan penting dalam sekresi hormon estrogen dan pembentukan corpus luteum sesudah folikel pecah (Salisbury, 1985).
5. Ovulasi
Ovulatory adalah pecahnya stigma dan keluarnya ovum dari bagian cumulus oophorus (Sonjaya, 2003).
Ovulasi adalah pecahnya stigma dan keluarnya ovum dari corpus luteum, maka perlu dipertimbangkan anggapan bahwa masa hidup gamet jantan yang relatif bertambah lama itu terjadi didalam lingkungan preovulasi. Maka ovum yang telah terbuahi berdiameter kira-kira 140 mikron (0,14 mm), tidak terhitung ukuran zona. Tebal zona 12-15 mikron, sehingga berdiameter keseluruhan 165 mikron, sedang pada kambing atau domba sama (Hunter, 1995).
Pada pembentukan corpus luteum secara normal sesudah folikel pecah sel-sel luteal terbentuk dari sel granulosa dan theca interna mencukupi kebutuhan pembuluh darah dan tenunan pengikat corpus luteum. Sel-sel yang berisi bahan luteal adalah beberapa kali lebih besar daripada sel-sel granulosa sebagai sel asalnya (Salisbury, 1985).
Tahap – tahap Perkembangan Oosit
Oosit hanya bisa tumbuh dan mengalami pemasakan lebih lanjut dalam ovarium bila ia terkelilingi oleh sel-sel somatik. Proses ini terjadi sebelum lahir, ketika sel yang berasal dari epitellium menempatkan dirinya disekeliling membrana oosit yang membatasi. Struktur yang terebentuk ketika selapis sel secara lengkap berkembang disebut folikel primer, dan ini selanjutnya menjadi folikel sekunder ketika sel-sel itu membelah menjadi beberapa lapisan. Dalam perkembangan selanjutnya, dengan terjadi pembelahan sel lebih lanjut, sekresi dan akumulasi salir (fluida) mulai terjadi pada ruang antar sel. penggabungan secara berangsur-angsur pulau-pulau salir ini membentuk rongga atau antrum yang mengandung salir folikel. Pembentukan antrum itu menandakan tercapainya stadium folikel tersier atau folikel de graff, tetapi hanya sebagian kecil folikel primer bisa mencapai stadium ini (Hunter, 1995).
Pertumbuhan oosit ditandai oleh pembesaran cytoplasma karena penumpukan granulosa-granulosa deutoplasma (kuning telur) dalam berbagai ukuran, pembentukan zona pellucida sebagai suatu selaput sel telur dan proliferasi mitosis epitel folikuler ini dapat berfungsi sebagai sel-sel pemberi makanan bagi oosit dengan jalan menyediakan deutoplasma bagi bakal sel telur tersebut (Nalbandov, 1990).
Pertumbuhan oosit terbagi atas dua fase yaitu selama fase pertama oosit bertumbuh cepat dan erat hubungannya dengan perkembangan folikel ovari. Ukuran dewasanya tercapai kira-kira pada waktu bertumbuh antrum dimulai didalam folikel. Selama fase kedua, oosit tidak bertambah besar, sedangkan folikel ovari yang berespon terhadap hormon-hormon dari hipofisa aterior sangat bertambah besar diameternya. Pada umumnya pertumbuhan ini hanya berlaku pada folikel dimana ovum telah mencapai ukuran yang maksimal (Toelihere, 1985).
Selama fase berakhir pertumbuhan folikel, oosit mengalami pematangan. Nukleus yang telah memasuki profase pembelahan meiotik selama pertumbuhan oosit bersiap-siap untuk menjalani pembelahan reduksi (Tomaszewska, 1993).
Proses oogenesis dan terbentuknya cadangan folikel dimana proses ini meliputi : 1) terciptanya populasi gonosit melalui migrasi dan penggandaan sel benih pada periode dari prenatal. 2) tingkat kehinlanagan sel-sel benih pada saat prenatal dan neonatal melalui migrasi atau degradasi dan 3) interaksi sel-sel benih dengan sel stroma untuk membentuk folikel premordial. Pembentukan folikel premordial terjadi sebelum dan pada waktu lahir pada ternak (Sonjaya, 2002).
I OOGONIUM
(Proliferasi)
(Pertumbuhan)
II OOCYT PRIMER
(Meiosis)
III OOCYT SEKUNDER
(Ovulasi)
IV OOTID
(Hypophesis)
Fertilisasi sperma
V ZYGOTE
VI Atresia
Diagram menunjukkan perubahan-perubahan inti selama oogenesis (2n) berjumlah kromosom didalam sel-sel somatik (keadaan diploid). 2n = jumlah kromosom didalam gamet (keadaan haploid).
I Proliferasi oogenesis selama kehidupan prenatal
II Pertumbuhan dalam umuran oogenia untuk membentuk oocyt primer, hanya sedikit oogenia bertumbuh pada saat waktu (t) = pembentukan tetrad.
III Pembelahan meiosis pertama menghasilkan oocyt sekunder dan badan kutub yang pertama.
IV Pembentukan oocyt dan penonjolan keluar dua buah badan kutub yang terjadi sesudah pembuahan.
V Pronukleus betina dan pronukleus jantan terbentuk dalam zygote.
VI Atresia oocyt dapay terjadi pada setiap saat selama oogenesia
(Toelihere, 1985).
Jumlah Folikel
Jumlah oosit didalam ovari pada seekor sapi sangat bervariasi dan berkisar antara 0 (kemudian sempurna) sampai 700,000. jumlah tersebut relatif stabil sekitar 140.000 sampai sapi mencapai umur 4 sampai 6 tahun kemudian menurun secara cepat sampai 25.000 pada umur 10-14 tahun dan mendekati 0 pada umur 20 tahun. Dari umur 60 hari sesudah lahir sampai umur 10-14 tahun jumlah folikel yang bertumbuh pada setiap ekor sapi adalah rata-rata 150 – 250 dan jumlah folikel vesikuler 25-30. pada sapi berumur lebih dari 15 tahun jumlah tersebut masing-masing menjadi 70 dan 12. folikel vesikuler yang normal tetap dipertahankan sampai umur 10 tahun pada sapi tetapi sesudah itu terdapat lebih bayak folikel atretik. Sapi betina yang berumur 20 tahun memperlihatkan ovarium dengan jumlah oosit sebanyak 50-80 dan folikel vesikuler sebanayak 7-10. sapi betna tua ini memperlihatkan suatu keadaan seperti mendekati keadaan menapouse pada manusia. Populasi oosit pada ovarium wanita mencapai 200 ribu sampai 400 ribu selama bertahun-tahun menapouse oosit menghilang sama sekali.
Pada sapi dan domba anak-anak betina terlahir tanpa semua oositnya didalam folikel-folikel primer atau yang lebih tua dan oocyt-oocyt ini tidak pernah dibentuk atau diganti lagi akan tetapi hanya berkurang jumlahnya selama hidup ternak tersebut (Toelihere, 1985).
Ovarium domba mengandung antara 12.000-86.000 folikel premordial (2 lapisan sel granulosa) dan antara 100-4000 folikel sedang tumbuh. Jumlah folikel dari preantrum ditaksir dua kali lipat lebih banyak dari folikel antrum. Terdapat keragaman dalam jumlah folikel, bervariasi menurut perbedaan bangsa, kondisi, keadaan fisiologis ternak dan pakan yang diberikan( Sonjaya, 2002).
Jumlah folikel yang ada pada suatu ovarium dan pada waktu tertentu bergantung ; (1) jumlah folikel yang meninggal dan cadangannya (2) kecepatan pertumbuhan folikel tersebut dan (3) tingkat atresi folikel yang sedang tumbuh. Ketiga parameter ini tidak konstan tetapi bervariasi menurut umur, bangsa dan galur (Sonjaya, 2002).
Ukuran Folikel
Dalam beberapa jam sebelum ovulasi, folikel berukuran preovulasi adalah folikel sehat yang berdiameter 6 mm dan sel-sel granulosa yang mengelilingi oocyt telah menyebar sebaiknya folikel yang dianggap sebagai folikel atresi jika folikel mempunyai 5 badan pinotik ke daerah tepi atau antara sel-sel granulosa (Sonjaya, 2002).
Folikel-folikel berukuran 12 mm didalam ovaria anak-anak sapi berumur 6 bulan, didalam ovaria sapi-sapi dewasa setelah birahi ukuran dari folikelnya yaitu 8-9 mm. Pematangan folikel umumnya terjadi selama estrus, pada waktu ovulasi garis tengah folikel menjadi 16-19 mm (sedikit dibawah 1,87 mm). Tetapi beberapa folikel berukuran sedikit 10 mm sudah dapat pecah (Dellman, 1985).
Pada domba, ukuran oocyt meningkat secara pesat dari 30 mm dalam folikel premordial menjadi 90 mm dalam folikel antrum dengan diameter 0,2 mm, diteruskan secara berlahan sampai ukuran diameter 100-120 mm pada folikel preovulasi sel seks kelihatannya seperti sel-sel fibroblast disekeliling folikel antrum. Pada kuda betina, folikel yang mempunyai diameter lebih dari 200 mm memperlihatkan dengan kelas lapisan sel seksnya (Sonjaya, 2002).
b. Folikel Preantrum
LABORATORIUM ILMU REPRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
Gambar 20. : Folikel Preantrum
Pembesaran : 40 x
Jumlah :
Sumber : Data Hasil Praktikum, 2003.
Pertumbuhan folikel terutama menyangkut sel-sel folikuler oocyt primer dan antrum yang mengelilingi folikel. Pada saat oocyt bertumbuh menjadi lebih besar, lapisan seluler yang disebut zona pellucida timbul disekitarnya yang mungkin berasal dari oocyt atau sel folikuler atau bole keduanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sonjaya (2002), bahwa preantrum ditandai dengan lapisan multiseluler di sekeliling vitellius dan terbentuknya membran (zona pellucida) anatara oogonium dan sel folikuler.
Folikel sekunder ditandai dengan berkembangnya tiga sampai lima lapisan glikoprotein tebal, yang disebut zona pellucida yang mengitari membran palsma oocyt. Selanjutnya Dellman (1992), menyatakan bahwa zona pellucida dihasilkan oleh sel-sel granulosa yang mengitari oocyt dan sebagian oocyt itu sendiri.
Tahap ini merupakan tahap kedua dari perkembangan folikel dan biasa disebut folikel sekunder atau preantrum, yang terjadi pada hewan betina yang telah mengalami pendewasaan tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Partodihardjo (1985), bahwa pertumbuhan folikel sekunder terjadi pada waktu hewan betina lahir dan mengalami proses pendewasaan tubuh.
c. Folikel Antrum
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut:
LABORATORIUM ILMU REPRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
Gambar 21. : Folikel Antrum
Pembesaran : 40 x
Jumlah :
Sumber : Data Hasil Praktikum, 2003.
Folikel antrum ditandai dengan adanya rongga terbentuk dari sel-sel granulosa yang lebih cepat sehingga terbentuk suatu rongga yang berisi cairan yang kaya akan protein dan estrogen. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1985), yang menyatakan bahwa folikel antrum dibatasi oleh suatu cairan jenuh atau riguor folikuli yang kaya akan protein dan estrogen. Selain itu folikel antrum telah memiliki oocyt yang telah jelas, sel-sel granulosa atau dinding selnya mulai menebal.
Folikel antrum merupakan hasil perkembangan dari folikel sekunder. Bentuk folikel ini, sel-sel granulosanya telah banyak dan folikelnya tampak membesar. Hal ini sesuai dengan pendapat Partodihardjo (1992), bahwa folikel antrum yaitu folikel sekunder yang telah tumbuh menjadi dewasa dimana sel-sel granulosanya telah banyak sehingga seluruh folikelnya tampak lebih besar dan letaknya berjauhan dari corteks ovarium.
Pembentukan folikel antrum dari folikel preantrum terjadi pada waktu hewan menjadi dewasa. Hal ini sesuai dengan pendapat Hunter (1995), bahwa pertumbuhan folikel tahap ketiga yaitu pertumbuhan folikel sekunder menjadi folikel tertier yang terjadi pada waktu hewan betina dewasa.
d. Folikel Preovulasi
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakuakan maka diperoleh hasil sebagai berikut :
LABORATORIUM ILMU REPRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
Gambar 22. : Folikel Preovulasi
Pembesaran : 40 x
Jumlah :
Sumber : Data Hasil Praktikum, 2003.
Perubahan folikel antrum menjadi folikel preovulasi terjadi hanaya beberapa hari menjelang estrus. Pada folikel ini terdapat cumulus oophorus yang bertaut pada sel-sel granulosa. Hal ini sesuai dengan pendapat Dellman (1995), bahwa jumlah lapisan sel-sel granulosa pada dinding ovari adalah 3-4 lapis, cumulus oophorus mengarah ke antrum dan bertaut pada sel-sel granulosa dan terletak bertentangan dengan sisi folikel yang akan pecah.
Pada folikel preovulasi sudah dewasa, dindingnya mulai menipis dan pada waktu hampir terjadi ovulasi sel-sel theca didorong ke samping dekat permukaan ovarium. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), bahwa sel-sel yang terdapat dibagian luar dan mengelilingi folikel disebut sel-sel theca. Lapisan theca langsung sesudah folikel disebut theca interna; lapisan diluarnya adalah theca externa. Theca interna menyelubungi folikel dengan sempurna semenjak ovum mencapai pertumbuhannya yang maksimum sampai folikel berpindah ke tenunan ovarium yang elbih dalam sesaat menjelang ovulasi. Sel-sel theca memegang peranan penting dalam sekresi hormon estrogen dan pembentukan corpus luteum sesudah folikel pecah.
Folikel preovulasi ini terdapat pada saat seekor hewan sedang birahi pada atahap estrus. Hal ini sesuai dengan pendapat Salisbury (1985), bahwa estrus berakhir setelah atau kira-kira pecahnya folikel ovari. Folikel preovulasi (folikel de graff) adalah bentuk folikel yang terakhir dan terbesar pada ovarium. Hanya terdapat pada hewan-hewan betina dewasa yang sedang birahi atau menjelang birahi. Jika suatu folikel gagal menjadi matang maka tidak akan terjadi ovulasi tetapi akan teregenerasi.
METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Reproduksi Ternak mengenai Histologi Ovari dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 27 Maret 2003 pukul 13.30 Wita sampai selesai bertempat di Laboratorium Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
Alat-alat yang digunakan adalah spoit, gelas arloji, objeck glass, papan preparat, mikroskop, penangas, gelas kimia, scalfel dan pinset.
Bahan-bahan yang digunakan adalah ovarium sapi, preparat folikel kambing, NaCl 0,9 %, alkohol 50%, 70%, 80%, 90%, 100%, Bovine Serum Albumen (BSA), formalin, fenol red, antibiotik, air, xylol, parafin,, hematoxyn eosin (HE).
Metode Praktikum
1. Menghitung folikel
Preparat folikel yang ada di objeck glass diletakkan di bawah mikroskop, dalam satu objeck glass terdapat 4 – 5 sayatan ovari. Semua folikel yang terdapat dalam ovari dihitung dan dicatat.
Selanjutnya jaringan direndam dalam cairan destilasi selama 30 menit, lalu direndam larutan hematoxyn selama 10-15 menit kemudian direndam dalam air kran selama 10-15 menit untuk mematangkan warna hematoxyn dan air destilasi selama 30 menit untuk menguatkan pengikatan warna dengan jaringan.
Objeck glass jaringan kemudian direndam dalam larutan eosin kurang lebih 30 menit dan air destilasi selama 10 menit agar pewarna tidak larut ketika dilakaukan dehidrasi.
Pemucatan (Differensiasi) warna eosin sekaligus destilasi dlakukan dengan mencelupkan beberapa saat dalam larutan sari alkohol 70%, 80%, 90%, dan 100%. Kemudian dilakukan penjernihan (Clearing) dengan mencelupkan kedalam larutan xylol I, II dan III beberapa saat.
Mounting dengan menggunakan alat perekat entelan (mengandung xylol). Entelan tersebut diteteskan diatas jaringan dan ditutup dengan cover glass secara perlahan dan hati-hati sehingga tidak terdapat gelembung udara. Kemudian dikeringkan dan di foto dibawah mikroskop dengan menggunakan fotomikroskop.
2. Preparat Histologi Ovari
a. Sampling jaringan
Jaringan yang dikehendaki dipisahkan dari tubuh hewan kemudian dimasukkan ke dalam larutan fisioloi NaCl 0,9%.
b. Fiksasi
c. Washing
Setelah proses fiksasi selesai, jaringan diangkat dan dicuci dengan air kran atau alkohol 50 % atau alkohol 70 %.
d. Dehidrasi
Pertama-tama dimasukkan ke dalam larutan alkohol 70% selama 24 jam, kemudian dipindahkan ke dalam larutan alkohol 80%, 90%, dan 95% masing-masing selama 24 jam. Lalu jaringan dipindahkan ke dalam larutan alkohol absolut I, II dan III masing-masing selama 1 jam. Proses ini bertujuan untuk menghilangkan air dari jaringan.
e. Clearing
Setelah proses dehidrasi selesai jaringan ditiriskan sebentar tetapi jangan sampai kering kemudian dimasukkan ke dalam xylol I, II dan III selama 30 menit. Proses ini bertujuan menggantikan posisi alkohol yang telah mengalami proses dehidrasi dengan pelarut atau medium penjernih dan mentransparankan jaringan.
f. Embedding
Jaringan tersebut diangkat menggunakan pinset dan diletakkan pada wadah kecil dan dituangkan parafin cair. Jaringan tersebut diatur sesuai dengan bentuk sayatan yang dikehendaki. Setelah pinggir wadah mulai mengeras kemudian dipindahkan ke tempat yang dingin kurang lebih 1 malam.
Jaringan yang sudah tertanam kemudian dikeluarkan dan dipotong bentuk kotak, dimana dibagian tengah terletak jaringan yang akan disayat. Blok parafin tersebut diletakkan pada blok-blok kayu yang telah disiapkan. Pelekatan antara blok parafin dengan blok kayu dilakukan dengan meletakkan plat besi tersebut dikeluarkan parafin lekat pada kayu blok untuk memperkuat pelekatan parafin pada blok kayu maka bagian pinggir blok parafin yang melekat pada blok kayu dicairkan dengan plat cair dan dibiarkan mengeras.
g. Sectioning
Sebelum dipotong maka blok parafin diletakkan dulu semalaman dalam kulkas untuk memudahkan penetrasi pisau sehingga dapat menghasilkan sayatan yang bagus. Kemudian dipotong dengan menggunakan mikroto, dengan ketebalan 5 mikron atau sesuai dengan keinginan.
Hasil pemotongan seperti untaian pita kemudian diletakkan dalam …….objeck glass diambil kemudian dimasukkan ke dalam air hangat bersuhu 40-450C dan dibiarkan beberapa saat.
h. Staining dan Mounting
Pewarna ayang biasa dipakai adalah hematoxilin eosin (HE).
Jaringan terlebih dahulu didepsrafinisasi dengan melakukan perendaman objek glass yang berisi jaringan ke dalam larutan xylol I, II dan III masing-masing 3-5 menit.
Jaringan tersebut langsung direhidrasi dengan memasukkan ke dalam sari alkohol absolut III, II dan I, alkohol 100%, 90%, 80%, dan 70% masing-masing selama 3-5 menit. Kemudian direndam dalam air kran selama 30 menit.
3. Koleksi Oosit
Ovarium yang dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi NaCl 0,9% lalu diletakkan didalam penangas, lalu setelah beberapa saat ovarium diangkat menggunakan piset. Selanjutnya folikel ovarium ditusuk dengan pinset. Kemudian folikel ovarium ditusuk dengan spoit yang berisi 2 ml larutan BSA, cairan didalam folikel disedot, lalu cairan dalam spoit dimasukkan kedalam folikel disedot kembali. Selanjutnya cairan didalam spoit ditaruh di gelas arloji kemudian diamati dibawah mikroskop.
Oosit
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar . Oosit pada Folikel.
LABORATORIUM REPRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
Keterangan :
1. Theca folikuler
2. stratum granulosum
3. cumulus oophorus
Sumber : Data Hasil Praktikum, 2003.
Oosit merupakan hasil pembelahan miosis oogonia dan pertumbuhan oocyt mengalami dua fase. Hal ini dijelaskna oleh Toelihere (1979), bahwa oogonia kemudian berpoliferasi atau memperbanayak diri secara mitosis sesudah diferensiasi kelamin dan memasuki profase dari pembelahan miosis yang pertama dimana sel-sel tersebut dinamakan oocyte. Pertumbuhan oocyt mengalami dua fase yaitu fase pertama, oocyt tumbuh cepat dan erat hubungannya dengan folikel ovari. Ukuran dewasanya kira-kira pada waktu pertumbuhan antrum dimulai dalam folikel. Fase kedua, oosit tidak bertambah besar, sedangkan folikel ovari yang berespon terhadap hormon hipofisa bertambah sangat besar diameternya.
Proses oogenesis dijelaskan Toelihere (1979), bahwa selama fase terakhir pertumbuhan folikel, oocyt mengalami pembelahan. Nukleus yang telah memasuki profase pembelahan mitosisselama pertumbuhan oocyt siap-siap untuk mengalami pembelahan. Oocyt primer menjalani pembelahan miotik yang menghasilkan dua anak sel yang amsing-masing mengandung setengah jumlah kromosom. Pada pembelahan sel kedua, oocyt sekunder membagi diri menjadi ootid (n) dan badan kutub kedua (2n). kemudian badan kutub tersebut di dalam zona pellucida dan mengalami degenerasi. Pada badan kutub pertama dapat pula membagi diri sehingga zona pellucida dapat berisi satu, dua atau tiga badan kutub.
3. Jumlah dan Ukuran Folikel
berdasarkan praktikum yang telah dilansanakan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar . Hasil Perhitungan Jumlah Folikel yang Ada pada Perparat
Sayatan Ovarium .
Tahap Perkembangan Folikel Jumlah
Folikel premordial 3
Folikel Preantrum 3
Folikel Antrum 2
Folikel Preovulatory 1
Sumber : Data Hasil Praktikum Reproduksi, 2003.
Berdasasarkan Tabel diatas, diperoleh jumlah folikel premordial adalah 3, folikel preantrum 3, folikel antrum 2 serta folikel preovulatori hanya 1. setiap folikel mempunyai ukuran diameter masing-masing. Hal ini sesuai dengan pendapat Partodihardjo (1992), bahwa pada kambing jumlah premordial 12.000-86.000 dengan diameter rata-rata 0,2 mikron, folikel preantrum berjumlah 800-2000, jumlah folikel antrum 100-400 dngan diameter 0,29 – 8 mikron dan folikel preovulatory berjumlah 1-4 dengan diameter mencapai 10 mikron.
Jumlah dan ukuran folikel sapi dijelaskan oleh Partodihardjo (1992), bahwa menurut perkiraan folikel primer pada hewan yang baru lahir sekitar 75.000 sedangkan folikel sekunder pada hewan betina yang dalam proses pertumbuhan tubuhnya kurang dari sepertiga dari jumlah tersebut atau sekitar 50.000 folikel. Jumlah folikel de graff pada sapi adalah 1-2 dengan diameter 20 mm, lebih lanjut dijelaskan oleh Toelihere (1979), bahwa jumlah folikel antrum pada sapi mencapai 150-250, jumlah folikel yang pecah setiap estrus (Ovulation rate) adalah pada ternak sapi 1-2. Hal yang sama dijelaskan oleh Sonjaya (1997), bahwa folikel premordial adalah sekitar 30 mikron untuk tahap preantrum dengan dimeter 90 mikron, tahap antrum 0,9 mikron dan tahap preovulatory adalah 100 mikron.
No comments:
Post a Comment